Orbit Neptunus (diameter 30 AU), Pluto, 2008 KV42 dan 4 KBO 'klasik'. Mendemontrasikan kemiringan alami dari orbit 2008 KV42, ketika dibandingkan dengan obyek lain di tata surya terluar. (CANADA - FRANCE ECLIPTIC PLANE SURVEY)
Sebuah tim ilmuwan internasional termasuk astronom Brett Gladman dari Universitas British Columbia, telah menemukan obyek yang tidak biasa, yang membelakangi dan terbalik disekitar matahari (yang bisa jadi) menunjukkan adanya sebuah komet.
Dalam satu-satunya penemuan pertama di bidang ini, peneliti dari Kanada, Perancis, dan Amerika Serikat telah menemukan obyek yang orbitnya membelakangi matahari dan miring pada sudut 104 derajat yang nyaris tegak lurus dengan orbit suatu planet.
"Komet tipe demikian tidak dibentuk secara alami setelah pembentukan planet, khususnya planet dengan derajat kemiringan orbit yang tinggi," tutur Prof. Gladman. "Penemuan ini akhirnya menunjukkan bagaimana mereka bertransisi dari Awan Oort[2] menjadi obyek seperti komet Halley[3]."
Terdiri atas batu ber-es, 2008 KV42 disebut sebagai obyek "trans-Neptunian" karena jejak orbitnya lebih besar daripada Neptunus. Obyek itu, secara kasar, sepanjang 50 kilometer dan 35 kali lebih jauh daripada bumi dan matahari.
Orbit dari obyek seperti ini di wilayah jauh di belakang orbit Neptunus telah memberikan suatu pandangan baru tentang sejarah awal tata surya kita, kata Gladman, yang juga mengajar di Departemen Fisika dan Astronomi dan menyandang gelar Canada Research Chair dalam Planetary Astronomy.
Tim international juga telah mengantongi target-target lain untuk menemukan lagi obyek lain dengan derajat kemiringan orbit tinggi. Penemuan mereka dibuat dengan memakai teleskop Kanada-Perancis-Hawaii di Hawaii, yang diikuti pula dengan observasi dari teleskop MMT di Arizona, Teleskop 4 meter dari Cerro Tololo Inter-American Observatory (CTIO) di Chile, dan juga teleskop Gemini South, yang juga berada di Chili, dengan Kanada sebagai partner.
"Memiliki akses cepat ke MMT dan Gemini South Telescopes, dan banyaknya dukungan dari observer dan director, adalah sangat penting di sini. Dengan adanya orbit yang tinggi dan tidak biasa ini, obyek ini akan hilang tak terlacak tanpa bantuan dari teleskop-teleskop besar ini," kata Gladman.
Tim penemu saat ini telah melakukan observasi lanjutan pada 2008 KV42 untuk mengunci orbitnya dalam tingkat presisi yang lebih tinggi lagi. Kemudian baru mereka mulai mengungkap informasi arkeologis yang terjebak dalam orbit anggota populasi trans-Neptunian ini. (Ram Srinivasan/The Epoch Times/pls)
Asal-usul
Ternyata ada kepercayaan yang mengaitkan kedatangan komet dengan munculnya bencana, seperti wabah, peperangan, dan paceklik. Dalam rekaman Babad Tanah Jawi dikisahkan pertarungan keris pusaka Kyai Sangkelat dan Kyai Condongcatur milik kerajaan Majapahit. Ternyata, Kyai Condongcatur kalah dan ujung kerisnya patah. Kemudian oleh Prabu Brawijaya, Raja Majapahit waktu itu, keris itu diperbaiki dengan cara ditempa. Sesaat akan dipalu, Kyai Condongcatur melesat ke langit, berubah menjadi komet dan mulai melakukan balas dendam dengan menurunkan bencana.
Beberapa contoh yang mengaitkan komet dengan bencana adalah peristiwa kedatangan Komet Ikeya-Seki pada tahun 1965 dengan G30S PKI. Lalu, kejatuhan kerajaan Normandia pada tahun 1066 oleh kerajaan Inggris.
Kehadiran ilmu pengetahuan modern menjadikan manusia bisa memandang kedatangan komet secara rasional. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah dari mana asalnya komet itu?
Adalah seorang astronom Belanda, Jan Oort mengemukakan teori bahwa Tata Surya dikelilingi awan dengan jari-jari antara 50.000 SA-100.000 SA. Awan ini tersusun dari materi berukuran kecil yang menjadi tempat pembentukan dan kemunculan komet. Untuk menghormati Jan Oort, awan itu lalu dinamai Awan Oort, dengan perkiraan populasi komet sekitar seratus triliun dan bermassa total 10-100 kali massa Bumi. Akibat gangguan bintang-bintang sekitar Matahari terhadapnya, sebagian materi awan jatuh ke bidang Tata Surya, selanjutnya tertarik oleh gravitasi Matahari dan bergerak ke pusat Tata Surya.
Fred L Whipple, astronom dari Universitas Harvard, mengusulkan pertama kali di tahun 1950 mengenai struktur komet yang berupa gumpalan es kotor (Dirty Snowballs) berdiameter 1-10 kilometer karena tersusun dari beragam senyawa seperti karbondioksida, sianida, amonia, metana, air, serta berbagai macam logam yang bercampur dengan debu dan batuan.
Ketika komet bergerak mendekati Matahari pada jarak kurang dari 3 SA, muncullah selubung gas dan debu yang berukuran 100.000 hingga 1 juta kilometer, yang dinamai Coma. Dalam bahasa latin Coma berarti 'rambut'. Dari kata inilah sebutan komet berasal. Gas dalam Coma beragam seperti CO, CO, HCN, CH, CN, air dan formaldehid. Coma ini diselubungi oleh awan hidrogen berukuran jutaan kilometer yang muncul dari disosiasi radikal hidroksil (OH) akibat radiasi Matahari pada materi yang ada di Coma.
Saat jarak komet kian dekat ke Matahari muncullah ekor komet akibat partikel-partikel yang dipancarkan Matahari (embusan angin Matahari) menguapkan materi yang menyelubungi inti komet.
Semakin dekat ke Matahari, maka ekor komet kian panjang. Materi yang hilang pun kian banyak. Sebaliknya, ketika menjauhi Matahari, ekor komet memendek. Komet pun kembali ke bentuk semula, namun dengan massa yang telah berkurang, ketika berada jauh dari Matahari menuju ke tempat asalnya.
Namun, tidak semua komet memiliki nasib seperti itu. Ada komet yang ditakdirkan hancur akibat gravitasi Matahari seperti Komet West yang ditemukan pada tahun 1976. Selain gravitasi Matahari, juga ada yang tertarik oleh gravitasi planet raksasa, Yupiter, yaitu Komet Halley. Komet yang terkenal ini dihitung elemen orbitnya oleh astronom Inggris, Edmund Halley, pada tahun 1705 dan ditemukan periode orbitnya yaitu setiap 76 tahun sekali. Komet yang juga mengitari planet raksasa akan memiliki bentuk orbit yang amat eksentrik, kelengkungannya besar.
Dalam catatan sejarah, pengamatan komet sudah dilakukan ratusan tahun lalu. Seiring perkembangan teknologi pengamatan, penemuan komet semakin banyak. Sudah ada ribuan komet yang ditemukan sekarang ini. Sering komet diberi nama sesuai dengan nama penemunya, baik seorang, dua atau lebih, bila ditemukan secara serentak. Contohnya Komet Shoemaker-Levy 9 yang sebagian materinya menabrak Yupiter pada tahun 1994. Komet itu ditemukan oleh pasangan Eugene dan Carolyn Shoemaker serta David H Levy pada 23 Maret 1993.
Tata cara penamaan lainnya adalah menurut tahun ditemukan dan diikuti huruf kecil pada tahun ditemukannya. Misalnya, komet ketujuh yang ditemukan pada tahun 2004 adalah 2004g.